MEMORI, PROSES BERFIKIR, DAN PENGARUHNYA TERHADAP EFEKTIVITAS PESAN KOMUNIKASI
Psikologi
Komunikasi Genap
2025
MEMORI, PROSES BERFIKIR, DAN
PENGARUHNYA TERHADAP EFEKTIVITAS PESAN KOMUNIKASI
Nazwa
Salsabila
202310415283
Fakultas
Ilmu Komunikasi
Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
Abstrak
Komunikasi
merupakan aspek fundamental dalam kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan
dari proses sosial sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana memori dan proses berpikir mempengaruhi efektivitas pesan komunikasi,
khususnya dalam konteks komunikasi intrapersonal. Komunikasi intrapersonal
memiliki peran penting dalam membentuk persepsi, pengambilan keputusan,
pemecahan masalah, hingga penciptaan ide-ide baru. Proses komunikasi ini
melibatkan tahapan sensasi, persepsi, memori, dan berpikir yang saling
berkesinambungan. Memori berfungsi menyimpan informasi, sementara proses
berpikir membantu individu memahami dan memberikan makna terhadap informasi
yang diterima. Temuan penelitian ini juga menegaskan bahwa komunikasi
intrapersonal dapat berfungsi sebagai sarana self-healing melalui pengelolaan
respons positif terhadap informasi, sehingga berdampak baik pada pembentukan
konsep diri dan kesehatan mental. Oleh karena itu, kemampuan mengolah informasi
secara positif menjadi kunci penting dalam menemukan makna hidup yang lebih
bermakna dan memberdayakan.
Kata
Kunci: komunikasi intrapersonal, memori, proses berpikir, efektivitas pesan,
self-healing.
Latar
Belakang
Pada kehidupan
manusia sejatinya komunikasi adalah alat yang paling penting dalam berkehidupan
sosial. Proses komunikasi tidak dapat dihindari karena komunikasi sangat
berpengaruh dalam banyak aspek kehidupan manusia. Melalui komunikasi ini maka
terciptalah rasa saling perngertian antar sesama, terjalinnya silaturahmi, dan
adanya pertukaran informasi maupun ilmu serta pelestarian peradaban. Ketika
seseorang mengalami hambatan dalam berkomunikasi, maka akan timbul masalah
dalam hidupnya (Putri, 2019).
Komunikasi
merupakan salah satu aspek fundamental dalam kehidupan manusia yang berperan
penting dalam pertukaran informasi, ide, dan emosi. Keberhasilan suatu proses
komunikasi sangat bergantung pada seberapa efektif pesan dapat diterima,
dipahami, dan diingat oleh penerima pesan. Dalam hal ini, memori dan proses
berpikir menjadi dua elemen kognitif yang memegang peranan krusial dalam
mempengaruhi efektivitas pesan komunikasi.
Ada dua aspek
penting dalam komunikasi yaitu memori dan proses berpikir. Memori menunjukkan
bagaimana suatu informasi disimpan kemudian dipanggil kembali sedangkan proses
berpikir merupakan aktivitas mengolah informasi yang sudah ada di dalam memori yang
memiliki tujuan tertentu (Dewi, 2024).
Memori adalah suatu sistem memungkinkan manusia untuk mengingat dan meggunakan informasi yang diterima diberbagai situasi. Proses berpikir merupakan suatu sistem yang memungkinkan manusia untuk memahami kenyataan. Memori dan proses berpikir saling terkait dalam sebuah komunikasi, hubungan memori dan proses berpikir memudahkan manusia untuk mengingat dan menggunakan informasi yang diterima dalam berbagai situasi, serta memahami realitas, memecahkan masalah, dan menciptakan ide-ide baru (Damayanti)
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana pengaruh memori dan proses berfikir terhadap efektivitas pesan
komunikasi.
Manfaat
Penelitian
1.
Manfaat
Teoritis
Dapat memperkaya kajian dalam bidang ilmu
komunikasi, khususnya terkait dengan kontribusi psikologi kognitif yakni memori
dan proses berpikir dalam mempengaruhi efektivitas pesan komunikasi.
2.
Manfaat
Praktis
1. Memberikan
wawasan bagi para praktisi komunikasi seperti public relations, marketing communication, penyuluh, dan tenaga
pendidik dalam merancang pesan yang lebih efektif dengan mempertimbangkan aspek
memori dan proses berpikir audiens.
2. Menjadi
acuan bagi pengembangan strategi komunikasi yang mampu meningkatkan pemahaman,
retensi informasi, dan respons positif dari khalayak sasaran.
3. Memberikan
dasar bagi pelatihan komunikasi interpersonal maupun komunikasi massa agar
lebih adaptif terhadap cara berpikir dan cara mengingat informasi oleh individu
atau kelompok sasaran.
Tinjauan Pustaka
Menurut
Susanto (2010), komunikasi dapat dibagi ke dalam lima konteks utama, yaitu
komunikasi intrapersonal (intrapersonal communication), komunikasi antarpersonal
(interpersonal communication), komunikasi kelompok (group communication),
komunikasi organisasi (organizational communication), dan komunikasi massa
(mass communication).
Sementara
itu, menurut Abi (2016), komunikasi intrapersonal merupakan tahap dasar dalam
proses komunikasi, karena peranannya sangat penting dalam mendukung
keberhasilan komunikasi di tingkat interpersonal, kelompok, maupun organisasi.
Memori
memiliki peranan penting dalam komunikasi intrapersonal untuk mempengaruhi baik
persepsi maupun berpikir. Memori merupakan suatu sistem yang terstruktur yang kemudian
menyebabkan seseorang bisa menerima kenyataan atau realitas. Kapasitas memori
manusia sangatlah besar tetapi hanya sedikit orang yang dapat menggunakan
memorinya dengan baik. Mekanisme kerja memori terbagi menjadi tiga yaitu proses
perekaman, proses penyimpanan, dan proses pemanggilan Berpikir
merupakan suatu proses di mana individu memanipulasi unsur-unsur dari
lingkungannya dengan memanfaatkan lambang atau simbol, tanpa harus melakukan
tindakan fisik yang terlihat secara langsung. Dalam proses berpikir, seseorang
akan melibatkan ketiga tahapan penting dalam pengolahan informasi, yaitu
sensasi, pemikiran itu sendiri, dan memori. Agar dapat memahami kenyataan atau
peristiwa yang sedang berlangsung, individu memerlukan lambang-lambang seperti
gambar visual atau simbol grafis. Hal ini sangat penting terutama dalam proses
pengambilan keputusan, pemecahan masalah, serta penciptaan ide-ide baru
(Rakhmat, 2009).
Menurut
Rahmawati & Muljohardjono (2016) sebelum diterima sebagai pesan maka komunikasi
intrapersonal melewati suatu tahapan yaitu pertama adalah tahapan sensasi. Pada
tahapan sensasi, informasi akan diterima melalui panca indra. Pada tahapan ini
seseorang menerima informasi dari apa yang dilihatnya serta didengar dari media
atau dari seorang komunikator
Tahapan
berikutnya adalah persepsi, yaitu proses ketika seseorang menerima informasi
melalui apa yang dilihat atau didengar, kemudian memberikan makna terhadap
informasi tersebut. Persepsi seseorang tidak berlangsung secara netral,
melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti harapan (expectation),
motivasi, perhatian (attention), dan ingatan. Setelah persepsi terbentuk,
proses berlanjut ke tahap memori, yang terdiri dari tiga bagian penting, yaitu
encoding atau perekaman informasi, storage atau penyimpanan informasi dalam
ingatan, dan retrieval atau pemanggilan kembali informasi yang telah tersimpan.
Kemudian informasi yang sudah terekam disimpan dalam sistem memori dan diakses
ketika dibutuhkan.
Memori
memiliki kemampuan untuk menyimpan berbagai macam informasi yang diperoleh dari
pengalaman seseorang, berupa pengalaman yang menyenangkan atau yang kurang
menyenangkan. Namun, dalam beberapa contoh, seseorang cenderung mudah mengingat
pengalaman bersifat negatif dibandingkan dengan yang positif. Individu dengan
tingkat neurotisisme yang tinggi biasanya lebih cepat dan lebih sering
mengakses ingatan-ingatan negatif dalam memorinya dibandingkan dengan mereka
yang memiliki tingkat neurotisisme rendah (Rahmayanti Prabowo, 2018).
Tahap
akhir dalam komunikasi intrapersonal adalah proses berpikir. Tahapan ini sangat
berpengaruh karena berkaitan erat dengan ketiga tahapan sebelumnya dan memegang
peranan penting dalam mengolah informasi yang diterima. Melalui berpikir,
individu berusaha memahami kenyataan yang ada, membuat keputusan, memecahkan
masalah, dan menciptakan sesuatu yang baru. Proses berpikir berfungsi untuk
memproses dan memodifikasi informasi agar sesuai dengan kebutuhan atau agar
mampu memberikan respons yang tepat terhadap informasi yang diterima (Nabilah,
2019). Tahapan ini adalah tahapan penentuan, sebab informasi yang diterima dan
disimpan akan sangat dipengaruhi oleh pola pikir individu. Jika pemikiran yang
muncul adalah positif, maka informasi tersebut tersimpan dalam bentuk yang
positif, berdampak pada pembentukan konsep diri yang sehat dan positif, serta
tersimpan dalam ingatan jangka panjang. Sebaliknya, apabila pemikiran yang
terbentuk bersifat negatif, maka informasi yang tersimpan akan membawa pengaruh
negatif pada konsep diri individu.
Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Zikri (2018) menunjukkan bahwa komunikasi
intrapersonal dapat berperan sebagai sarana self-healing, seseorang perlu
memberikan respons yang baik terhadap setiap informasi yang diterima, baik
informasi yang bersifat baik artaupun buruk. Kemampuan untuk mengolah informasi
menjadi respons yang positif berarti individu menyimpan hal-hal positif dalam
memorinya. Informasi positif yang tersimpan dapat membentuk konsep diri yang
positif serta berdampak baik pada kesehatan fisik. Seperti telah dijelaskan
sebelumnya, pikiran seseorang memiliki kekuatan untuk mengaktifkan sel-sel
tubuh dan bahkan diyakini mampu membantu proses penyembuhan penyakit genetik
yang mematikan. Kemampuan self-healing ini juga dapat dikembangkan melalui
latihan afirmasi, sehingga nilai-nilai positif dapat terekam dan tersimpan
dalam memori.
Selanjutnya,
penelitian yang dilakukan oleh Zannuby dengan melibatkan lima orang narasumber
yang merupakan mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam,
menemukan bahwa komunikasi intrapersonal memiliki peran yang penting dalam
membantu individu dalam membangun dan menentukan makna hidupnya.
Pembahasan
Komunikasi
intrapersonal merupakan dasar utama dalam seluruh bentuk komunikasi, baik
komunikasi antarpersonal, kelompok, organisasi, maupun komunikasi massa.
Memori memegang
peran sentral dalam komunikasi intrapersonal karena berfungsi sebagai sistem
penyimpanan informasi yang memungkinkan individu untuk memahami, menilai, dan
merespons pesan yang diterima. Proses memori mencakup tiga tahapan utama, yaitu
perekaman penyimpanan, dan pemanggilan kembali. Ketiga proses ini bekerja sama
dengan proses berpikir untuk membantu individu mengolah informasi, membentuk
persepsi, dan mengambil keputusan. Berpikir tidak hanya memanipulasi informasi
yang diterima, tetapi juga melibatkan penggunaan simbol-simbol, lambang, atau
visualisasi untuk memahami realitas.
Sebelum informasi
dapat diproses sebagai pesan komunikasi intrapersonal, informasi tersebut harus
melewati proses sensasi dan persepsi. Sensasi memungkinkan individu menerima
informasi melalui pancaindra, sementara persepsi membantu individu memberi
makna pada informasi tersebut. Persepsi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti harapan, motivasi, perhatian, dan ingatan. Ingatan atau memori
memainkan peran penting dalam menjaga informasi tetap tersimpan untuk kemudian
diproses lebih lanjut dalam tahap berpikir.
Pada tahap
berpikir, informasi yang telah diterima dan disimpan di dalam memori diolah
kembali agar individu dapat mengambil keputusan, memecahkan masalah, atau menciptakan
ide-ide baru. Proses berpikir ini sangat menentukan apakah informasi yang
tersimpan akan membentuk konsep diri yang baik atau buruk. Jika individu
memaknai informasi secara positif, maka konsep dirinya akan cenderung positif
dan berdampak pada perilaku dan kesehatan mental yang baik. Sebaliknya,
pemaknaan yang negatif dapat menimbulkan dampak negatif terhadap konsep diri.
Berdasarkan penelitian
sebelumnya menunjukkan komunikasi intrapersonal juga berfungsi sebagai alat
untuk selfhealing. Pemberian respon positif terhadap berbagai informasi,
baik yang menyenangkan maupun tidak, seseorang dapat membangun memori positif
yang berpengaruh terhadap kesehatan mental dan fisik. Kemudian penelitian lain juga mempertegas
bahwa komunikasi intrapersonal memiliki kontribusi besar dalam membantu individu menemukan dan menentukan makna hidupnya.
Melalui proses berpikir dan refleksi diri, individu dapat memahami tujuan dan
arah hidup yang bermakna.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian
sebelumnya bahwa komunikasi intrapersonal merupakan merupakan fondasi penting
dalam berbagai bentuk komunikasi dan berperan besar dalam menentukan makna
hidup seseorang. Memori dan proses berpikir adalah dua elemen utama dalam
komunikasi intrapersonal yang saling terkait dalam mempengaruhi cara individu
menerima, mengolah, dan merespons informasi. Proses sensasi, persepsi, memori,
dan berpikir bekerja secara berkesinambungan untuk membantu individu membentuk
pemahaman, membuat keputusan, serta membangun konsep diri yang sehat.
Pengelolaan komunikasi intrapersonal yang positif, termasuk melalui afirmasi,
dapat berfungsi sebagai alat self healing yang berkontribusi pada
kesehatan mental dan fisik individu. Oleh karena itu, kemampuan untuk mengolah
informasi dengan cara yang sehat dan positif sangat penting agar seseorang
dapat menemukan makna hidup yang lebih bermakna dan memberdayakan.
DAFTAR PUSTAKA
Abi, A. (2016). Manajemen Komunikasi
Intrapribadi (KIP). Communicology: Jurnal
Ilmu Komunikasi , 4(1), 37-56.
B. Wolman, Benjamin, 1989. Dictionary
of Behavioral Science. Academic Press.
Damayanti,
D. R. Memori dan berpikir: Pilar
komunikasi intrapersonal yang sukses. Ilmu Komunikasi, Universitas
Bhayangkara Jakarta Raya.
Dewi,
N.P.S., Sukatin, Nofiasari, W., Reksoprodjo, M.R., Bawono, Y., Linggi, A.I.,
Rosit, M., Syahrul, Y., Sari, M., Mola, M. S. R., & Aziz, S. (2024). Psikologi
komunikasi. Bandung: Widina Media Utama.
Effendy,
Onong Uchjana. 2006. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Mulyana, Deddy. Komunikasi: Suatu 2005. Ilmu Pengantar. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya.
Nabilah,
B. (2019). Peranan Komunikasi Intrapersonal Dalam Proses Pembentukan Konsep
Diri Dan Perilaku Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
Nurhadi,
Z. F., & Kurniawan, A. W. (2017). Kajian tentang efektivitas pesan dalam
komunikasi. Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian, 3(1),
90. https://doi.org/[jika ada DOI]
Putri,
N. W. E. (2019). Peran psikologi komunikasi
dalam mengatasi permasalahan peserta didik: Studi kasus proses bimbingan
konseling di SMK Kesehatan Widya Dharma Bali. CALATHU: Jurnal Ilmu Komunikasi,
1(1), 52–67.
Rakhmat,
J. (2009). Psikologi Komunikasi. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Rahmawati,
P., & Muljohardjono, H. (2016). Meaning of Illness dalam Perspektif
Komunikasi Kesehatan dan Islam. Jurnal
Komunikasi Islam, 6(2), 319–331
Komentar
Posting Komentar